Penulis: Fityan
TVRINews - Washington DC
Jakarta dan Washington finalisasi dokumen perdagangan resiprokal guna amankan ekspor unggulan dan jutaan lapangan kerja.
Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat berhasil mencapai kesepakatan substansial dalam negosiasi tarif dagang resiprokal (ART) pada pekan ini. Langkah krusial ini menandai berakhirnya rangkaian diplomasi ekonomi panjang yang telah berlangsung sejak April 2025.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengonfirmasi bahwa pertemuan dengan perwakilan dagang Amerika Serikat (USTR), Ambassador Jamieson Greer, di Washington DC telah membuahkan titik temu yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
"Kami telah melaksanakan pertemuan dengan Ambassador Jamieson Greer dan pembahasan berjalan sangat baik. Isu-isu dalam dokumen Agreements on Reciprocal Trade (ART) secara substansi telah disepakati," ujar Airlangga dalam konferensi pers, Selasa 23 Desember 2025.
Berikut adalah poin-poin strategis dari kesepakatan tersebut:
Diplomasi Puncak: Presiden Prabowo dan Trump
Kedua negara menargetkan finalisasi seluruh dokumen teknis pada pertengahan Januari 2026. Puncaknya, Presiden RI Prabowo Subianto dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada akhir Januari 2026 untuk menandatangani perjanjian tersebut secara resmi di Gedung Putih. Saat ini, otoritas terkait di Washington tengah menyinkronkan jadwal kedua kepala negara.
Proteksi Komoditas Unggulan
Salah satu pencapaian utama bagi Indonesia adalah keberhasilan mengamankan pengecualian tarif bagi komoditas ekspor non-kompetitif. Produk seperti minyak kelapa sawit, kakao, kopi, dan teh dipastikan bebas dari pengenaan tarif resiprokal 19 persen yang sebelumnya sempat menjadi ancaman serius bagi neraca perdagangan nasional.
Akses Mineral Kritis dan Deregulasi
Sebagai imbal balik, Washington menekankan kepentingan mereka terhadap akses mineral kritis Indonesia yang menjadi komponen vital industri teknologi global. Selain itu, pemerintah AS mendorong Indonesia untuk terus melakukan deregulasi guna menghilangkan hambatan non-tarif yang selama ini dinilai menghambat arus perdagangan kedua pihak.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Airlangga menekankan bahwa kesepakatan ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan upaya melindungi sektor manufaktur padat karya. "Kebijakan ini sangat strategis karena menyangkut nasib sekitar lima juta pekerja di sektor-sektor yang terdampak langsung oleh kebijakan tarif," tegasnya.
"Kado Natal" dari Washington
Ambassador Jamieson Greer memberikan apresiasi atas akselerasi negosiasi ini. Di tengah suasana libur akhir tahun, Greer menyebut tercapainya kesepakatan ini sebagai momentum positif bagi hubungan bilateral kedua negara.
"Hasil pertemuan ini menjadi hadiah Natal terindah yang akan membawa kemanfaatan bagi kedua negara," ungkap Greer.
Tim teknis dari Jakarta dan Washington dijadwalkan akan bertemu kembali pada pekan kedua Januari 2026 untuk melakukan proses legal scrubbing guna memastikan validitas hukum dokumen sebelum disahkan oleh kedua pemimpin negara.
Editor: Redaktur TVRINews
